Sholawat Wahidiyah adalah jalan dzikir dan perjuangan ruhani yang dirintis oleh Mualif, KH. Abdoel Madjid Ma’ruf RA, Kedunglo Kediri, dengan tujuan membentuk pribadi yang khusyuk kepada Allah, cinta kepada Rasulullah ﷺ, dan penuh kepedulian terhadap sesama.


Dalam perjalanan amalan Sholawat Wahidiyah, dikenal beberapa bentuk mujahadah aurod bilangan, seperti 3–1, 7–17, dan 3–7. Meskipun tidak dijelaskan secara ilmiah atau tertulis secara rinci, mujahadah ini tetap dijalankan oleh para pengamal sebagai bentuk mengikuti bimbingan ruhani Mualif Sholawat Wahidiyah.

 

Apa Aurod Mujahadah Bilangan 3–1,7–17, dan 3–7

 

Secara eksplisit, tidak ada uraian ilmiah atau nash tertulis yang mengupas tuntas tentang penamaan dan susunan Mujahadah Aurod Bilangan 3–1, 7–17, dan 3–7. Angka-angka tersebut tidak berasal dari analisa logika semata, melainkan merupakan ruhani yang bersifat sirri (rahasia batin), yang hanya diketahui hakikatnya oleh Mualif Sholawat Wahidiyah.


Diketahui bahwa saat Mualif KH. Abdoel Madjid Ma’ruf RA masih sugeng (hidup), para pengamal Sholawat Wahidiyah pada waktu itu sering melaksanakan mujahadah dengan bilangan 3–1,7–17, atau 3–7, baik secara pribadi maupun berjamaah. Hal ini menjadi isyarat kuat bahwa bentuk mujahadah ini telah diterima dan dijalankan sejak masa awal perjuangan Wahidiyah, meskipun tanpa dokumentasi ilmiah formal.

 

Penamaan dan struktur bilangan 3–1, 7–17, dan 3–7 adalah bagian dari sirri Mualif, yang hakikat dan faidahnya hanya diketahui oleh beliau sendiri. Sebagaimana dalam tradisi spiritual, banyak amalan ruhani tidak dijelaskan secara rasional, namun secara dzauq (rasa) dan isyârah (petunjuk halus). Pengamal yang mengikuti mujahadah ini melakukannya dengan keyakinan dan adab kepada Mualif, bukan semata-mata karena logika atau hitungan.

 

Tidak Ada Penekanan Khusus Setelah Mujahadah 40 Hari Sholawat Wahidiyah

 

Setelah menyelesaikan Mujahadah Aurod Lembaran selama 40 hari, tidak ada penekanan khusus dari Mualif bahwa pengamal harus melanjutkan dengan mujahadah aurod bilangan 3–1, 7–17, atau 3–7. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk mujahadah tersebut adalah alternatif, bukan keharusan.


Didalam lembaran resmi Sholawat Wahidiyah, bahasa baku yang digunakan adalah “bilangan setelah 40 hari mujahadah boleh ditambah atau dikurangi”. Pernyataan ini menunjukkan bahwa tidak ada pembakuan jumlah tertentu, dan memberikan ruang kelonggaran bagi pengamal untuk memilih bentuk mujahadah sesuai kemampuan dan situasi masing-masing.

 

Walaupun Mualif tidak secara eksplisit menyebutkan istilah 3–1, 7–17, atau 3–7 dalam dokumen tertulis, beliau mendawuhi (memberi bimbingan secara tersirat) bahwa mujahadah yaumiyah minimal dilakukan dengan bilangan 7-17 sekali dalam sehari. Bimbingan ini merupakan bentuk kasih sayang ruhani agar pengamal tetap menjaga keistiqomahan setiap hari, walau dalam bentuk ringan.

 

Mujahadah yang dilakukan dengan aurod bilangan 3–1, 7–17, 3–7, maupun aurod lembaran yang lebih lengkap, semuanya adalah bagian dari bimbingan Mualif. Setiap bilangan memiliki nilai dan rahasia ruhani masing-masing, dan semakin besar bilangan yang dilakukan dengan penuh khusyuk, maka semakin banyak faidah dan manfaat yang dapat diperoleh.



Mujahadah Aurod Bilangan 3–1, 7–17, dan 3–7 bukanlah aturan tertulis yang bersifat wajib, namun merupakan sarana kelonggaran dan keistiqamahan yang diberikan oleh Mualif KH. Abdoel Madjid Ma’ruf RA. Meskipun tidak dijelaskan secara ilmiah, bentuk mujahadah ini telah terbukti memberi manfaat besar bagi pengamalnya, dan  sebagai bagian dari sirri ruhani perjuangan Wahidiyah.


Semoga kita semua diberi taufiq untuk istiqamah dalam mujahadah dan tetap terhubung secara batin dengan Mualif dan para Pengamalnya...Aamiin.



Aurod Mujahadah 3-1.JPG

Aurod 3-7.JPG


Aurod Mujahadah 7-17.JPG





Penulis

Arif Purniawan
Sekretaris DPC PSW Jombang Kabupaten Purworejo

Periode 2024-2029